Kamis, 29 November 2012

PERMASALAHAN UMR


Sering terdengar dalam telinga kita akhir-akhir ini masalah kenaikan upah minimum regional (UMR) di DKI Jakarta. Penuntutan kenaikan upah buruh ini diajukan oleh Majelis Pekerja Buruh Indonesia (MPBI) kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Permintaan akan kenaikan UMR berkisar antara 500 ribu sampai 700 ribu atau naik sebesar 35% sampai 50% jika dibandingkan UMR pada awal tahun 2012. Kenaikan UMR ini terhitung cukup tinggi jika dibandingkan dengan kenaikan UMR tahun 2003-2011 yang berkisar antara 5% sampai 20%. Lantas, bagaimanakah dampak kenaikan UMR ini terhadap perekonomian nasional?

Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, ada baiknya kita mengenal sedikit lebih dalam tentang UMR. UMR merupakan sebuah standar minimum yang digunakan oleh para pengusaha dan perusahaan untuk menetapkan besarnya upah untuk para pekerjanya, termasuk buruh, karyawan, dan pegawai perusahaan. Mekanisme pembentukan UMR dilaksanakan melalui sebuah penelitian dimana komponen-komponen UMR merupakan harga barang konsumsi pokok sehari-hari. Hasil dari pembentukan harga tersebut kemudian akan menjadi bahan dasar penetapan UMR. Selanjutnya, penetapan UMR dilakukan melalui berbagai modifikasi atas kepentingan pengusaha, pekerja, pemerintah, dan juga masyarakat. Standar UMR ini mencakup lingkup daerah dan diperbaharui setiap tahun, sehingga tingkat UMR di tiap daerah juga berbeda.

Kembali ke topik awal terkait dampak dari kenaikan UMR di DKI Jakarta. Kenaikan UMR di DKI Jakarta merupakan suatu event yang krusial dan berpengaruh terhadap tingkat UMR nasional. Jakarta merupakan suatu ibu kota yang menjadi pusat perhatian nasional, sehingga kenaikan UMR di Jakarta akan memicu kenaikan UMR di daerah lainnya. Lalu, siapakah pihak yang paling merasakan dampak langsung atas kenaikan UMR ini?

Pengusaha sebagai produsen tentunya pihak yang paling kebakaran jenggot atas kenaikan UMR ini. Kenaikan UMR ini akan menaikan biaya produksi pengusaha karena upah buruh, sebagai pihak yang juga terkena dampak langsung kenaikan UMR, akan naik secara signifikan. Kenaikan upah buruh ini akan menyisakan dua pilihan untuk produsen jika ingin tetap berproduksi, yaitu menekan biaya produksi lain atau menaikan harga barang. Pilihan pertama akan mengurangi kualitas dari barang yang diproduksi, sedangkan pilihan kedua, yang menurut saya adalah pilihan mayoritas para produsen, akan berdampak pada tingkat kesejahteraan masyarakat.

Kenaikan harga barang tentunya tidak hanya terjadi di beberapa jenis barang saja, tetapi juga akan mencakup seluruh barang yang dikonsumsi masyarakat. Bayangkan harga barang-barang seperti sabun, pasta gigi, pakaian, makanan, dan lain-lain naik, tentunya biaya hidup masyarakat juga akan naik. Hal inilah yang biasa kita sebut inflasi. Pada awalnya, para buruh akan menikmati kenaikan UMR dalam periode lag atas penyesuaian harga barang konsumsi di pasar. Namun, setelah periode lag ini berakhir, kenaikan harga barang di pasar akan mengurangi kemampuan buruh dalam menjalankan kegiatan konsumsi. Tentunya, bukan hanya buruh saja yang merasakan impairment atas kemampuan spending-nya, melainkan masyarakat juga akan merasakan dampakny

Kenaikan UMR dan kenaikan inflasi dapat dianalogikan dengan filosofi telur dan ayam, dimana kita tidak akan dapat menemukan manakah yang lebih dahulu terjadi, sehingga fenomena ini akan terus terjadi sampai para pelaku ekonomi memberikan treat kepada salah satu dari dua hal tersebut. Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah ini, kita harus dapat melihat dari sudut lain selain dua hal diatas. Masalah tersebut dapat diatasi dengan menyadari suatu blind spot yang sebenarnya memicu kenaikan UMR. Kenaikan UMR tidak selalu disebabkan oleh kenaikan harga barang akibat kenaikan biaya produksi perusahaan, melainkan karena adanya faktor lain yang mempengaruhi. Faktor tersebut salah satunya adalah kurangnya ketersediaan pangan di Indonesia. UMR sebesar 2,2 juta rupiah jika ditelaah lebih lanjut sebenarnya belum mencukupi kebutuhan normal sehari-hari para pekerja karena harga pangan yang tinggi. Penuntutan kenaikan UMR terjadi karena para pekerja khususnya buruh merasa penghasilannya tidak dapat menghidupi kebutuhan sehari-hari. Jika pengatasan masalah ini selalu dilakukan dengan cara menaikan UMR, maka masalah ini tidak akan ada habisnya.

Oleh karena itu, secara normatif fokus permasalahan ini harusnya tertuju kepada pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat. Pemerintah seharusnya lebih memperhatikan ke hal-hal terkait pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat, seperti bahan pangan, pakaian, dan tempat tinggal. Langkah awal yang sangat disarankan adalah memulai dari pemenuhan pangan karena bagaimanapun hal ini merupakan kebutuhan paling dasar manusia.
http://forum.kompas.com/ekonomi-umum/218635-kenaikan-umr-filosofi-telur-ayam-dan-blind-spot.html

Minggu, 25 November 2012

PERANG ISRAEL VS PALESTINA


JAKARTA – Menteri Intelijen dan Energi Atom Israel mengancam akan ada serangan yang lebih keras ke Jalur Gaza jika HAMAS atau kelompok lain melanjutkan serangan roket ke Israel.
“Kami akan melancarkan tindakan yang jauh lebih keras pada babak berikutnya, biar dunia tahu,” kata Menteri Dan Meridor dalam pernyataan kurang dari 24 jam setelah tercapainya gencatan senjata.
Media Israel, Kamis, menyatakan enam orang Israel –kebanyakan warga sipil– tewas, dan 240 orang cedera akibat 1.500 roket. Banyak rumah dan prasarana umum rusak sementara pengeluaran militer diperkirakan berjumlah ratusan juta dolar AS.
Militer menyatakan pesawat tempur dan artileri menyerang 1.600 sasaran gerilyawan, terutama peluncur roket, serta 200 terowongan penyelundupan senjata, 25 instalasi pembuatan dan tempat penyimpanan senjata, pusat kendali dan komando, dan simpanan rudal jarak jauh HAMAS.
Sebanyak 30 gerilyawan, tujuh di antara mereka bertugas di posisi komando senior, tewas dalam operasi militer Israel, yang dilancarkan pada Rabu (14/11) dengan pembunuhan komandan militer HAMAS Ahmed Aj-Jaabari.
“Kami ingin melancarkan pukulan yang membuat mereka berfikir dua kali (untuk menembakkan roket ke dalam wilayah Israel). Sasaran terbatas ini sepenuhnya tercapai, kendati hasilnya masih perlu dilihat,” kata Meridor sebagaimana dilaporkan Xinhua.
Ia menyatakan simpanan senjata gabungan HAMAS dan Jihad Islam sebanyak 10.000 roket telah berkurang jauh.
“Beberapa ribu sudah tak ada lagi, tapi bukan jumlah tapi kualitas: proyektil jarak jauh, Fajr-5, mengalami pukulan parah pada beberapa hari pertama operasi,” kata Meridor. (Antara/ad)
http://www.kabar24.com/index.php/perang-israel-vs-palestina-menteri-israel-berjanji-akan-serang-palestina-lebih-dahsyat/

Selasa, 13 November 2012


JAKARTA KOTA TAWURAN
Waktu itu saya masih duduk dibangku sekolah menengah pertama (smp) di kota depok, saya merasakan sangat nyaman ketika bersekolah di kota depok. Pulang pergi saya naik angkutan umum selama 3 tahun, selama 3 tahun saya sering bertemu dengan pelajar smp lain di angkutan umum ketika berangkat maupun ketika pulang. Walaupun satu kendaraan bersama pelajar lainnya, tetapi saya masih tetap merasa nyaman di dalam kendaraan tersebut.
Dari kelas 7, naik ke kelas 8, dan sampai dikelas 9 saya masih tetap merasakan kenyamanan tersebut. Dan akhirnya saya pun lulus dengan nilai yang cukup memuaskan. Orangtua saya pada saat itu menyuruh saya agar untuk melanjutkan sekolah dijakarta dengan alasan SMA Negeri dijakarta lebih banyak dibandingkan dengan depok, sehingga saya bisa dengan lebih mudah masuk ke SMA Negeri. Karena orangtua saya menginginkan saya bersekolah disekolah negeri bukan swasta. Saya dijakarta tinggal dirumah kakek saya agar lebih dekat jika saya sekolah dijakarta.
Akhirnya saya terdaftar  disalah satu SMA Negeri di jakarta pusat. Pulang pergi saya naik kereta. Hari pertama saya memakai putih abu-abu, saya terkejut ketika turun dari kereta dan stasiun ada anak stm yang meyerang sekolah saya. Disitu saya sangat terkejut dan tidak bisa membedakan mana yang anak stm dan sekolah saya, karena saya disitu murid baru sehingga tidak mengetahui yang mana teman saya. Dari situ saya sudah merasakan ketidaknyamanan bersekolah dijakarta. Selama 3 tahun saya merasakan ketidaknyamanan bersekolah dijakarta, pulang pergi selalu merasakan cemas. Sudah benar-benar hilang rasa nyaman yang dulu saya miliki ketika bersekolah di depok. Hampir setiap pagi ketika turun dari kereta selalu bentrok dengan amak stm, sepertinya  memang sudah dari dulu tawuran itu terjadi. Memang sekolahan saya satu stasiun dengan sekolah stm tersebut sehinnga sering terjadi tawuran.
 Setelah saya berada di kelas XI, sekolah saya melakukan pergantian kepala sekolah. Dan peraturan yang ditetapkan oleh kepala sekolah yang baru membuat bentrokan dimana yang tadinya hampir setiap pagi menjadi tidak bentrok lagi. Peraturan yang ditetapkan oleh kepala sekolah saya yaitu bahwa murid-murid SMA saya yang menggunakan kereta  harus/wajib naik kereta yang pertama atau yang kedua, karena anak stm tersebut naik kereta yang ketiga dan keempat sehingga sekolah saya tidak boleh naik kereta yang keiga dan keempat, agar mencegah terjadinya tawuran. namun tetap saja tawuran tersebut terulang kembali, sepertinya tawuran memang sudah menjadi budaya yang tidak bisa dihilangkan.
Saya sangat bingung kenapa dijakarta sering terjadi tawuran, padahal jakarta itu kota yang besar, ibu kota dari indonesia, tetapi sering terjadi tawuran yang merugikan banyak orang. Berbeda ketika saya masih bersekolah di kota depok. Itu pengalaman saya selama bersekolah dijakarta.