JAKARTA KOTA TAWURAN
Waktu itu saya masih duduk dibangku sekolah menengah pertama
(smp) di kota depok, saya merasakan sangat nyaman ketika bersekolah di kota
depok. Pulang pergi saya naik angkutan umum selama 3 tahun, selama 3 tahun saya
sering bertemu dengan pelajar smp lain di angkutan umum ketika berangkat maupun
ketika pulang. Walaupun satu kendaraan bersama pelajar lainnya, tetapi saya
masih tetap merasa nyaman di dalam kendaraan tersebut.
Dari kelas 7, naik ke kelas 8, dan sampai dikelas 9 saya
masih tetap merasakan kenyamanan tersebut. Dan akhirnya saya pun lulus dengan
nilai yang cukup memuaskan. Orangtua saya pada saat itu menyuruh saya agar
untuk melanjutkan sekolah dijakarta dengan alasan SMA Negeri dijakarta lebih
banyak dibandingkan dengan depok, sehingga saya bisa dengan lebih mudah masuk
ke SMA Negeri. Karena orangtua saya menginginkan saya bersekolah disekolah
negeri bukan swasta. Saya dijakarta tinggal dirumah kakek saya agar lebih dekat
jika saya sekolah dijakarta.
Akhirnya saya terdaftar
disalah satu SMA Negeri di jakarta pusat. Pulang pergi saya naik kereta.
Hari pertama saya memakai putih abu-abu, saya terkejut ketika turun dari kereta
dan stasiun ada anak stm yang meyerang sekolah saya. Disitu saya sangat terkejut
dan tidak bisa membedakan mana yang anak stm dan sekolah saya, karena saya
disitu murid baru sehingga tidak mengetahui yang mana teman saya. Dari situ
saya sudah merasakan ketidaknyamanan bersekolah dijakarta. Selama 3 tahun saya
merasakan ketidaknyamanan bersekolah dijakarta, pulang pergi selalu merasakan
cemas. Sudah benar-benar hilang rasa nyaman yang dulu saya miliki ketika
bersekolah di depok. Hampir setiap pagi ketika turun dari kereta selalu bentrok
dengan amak stm, sepertinya memang sudah
dari dulu tawuran itu terjadi. Memang sekolahan saya satu stasiun dengan
sekolah stm tersebut sehinnga sering terjadi tawuran.
Setelah saya berada
di kelas XI, sekolah saya melakukan pergantian kepala sekolah. Dan peraturan
yang ditetapkan oleh kepala sekolah yang baru membuat bentrokan dimana yang
tadinya hampir setiap pagi menjadi tidak bentrok lagi. Peraturan yang
ditetapkan oleh kepala sekolah saya yaitu bahwa murid-murid SMA saya yang
menggunakan kereta harus/wajib naik kereta
yang pertama atau yang kedua, karena anak stm tersebut naik kereta yang ketiga
dan keempat sehingga sekolah saya tidak boleh naik kereta yang keiga dan
keempat, agar mencegah terjadinya tawuran. namun tetap saja tawuran tersebut
terulang kembali, sepertinya tawuran memang sudah menjadi budaya yang tidak
bisa dihilangkan.
Saya sangat bingung kenapa dijakarta sering terjadi tawuran,
padahal jakarta itu kota yang besar, ibu kota dari indonesia, tetapi sering
terjadi tawuran yang merugikan banyak orang. Berbeda ketika saya masih
bersekolah di kota depok. Itu pengalaman saya selama bersekolah dijakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar