Selasa, 13 November 2012


JAKARTA KOTA TAWURAN
Waktu itu saya masih duduk dibangku sekolah menengah pertama (smp) di kota depok, saya merasakan sangat nyaman ketika bersekolah di kota depok. Pulang pergi saya naik angkutan umum selama 3 tahun, selama 3 tahun saya sering bertemu dengan pelajar smp lain di angkutan umum ketika berangkat maupun ketika pulang. Walaupun satu kendaraan bersama pelajar lainnya, tetapi saya masih tetap merasa nyaman di dalam kendaraan tersebut.
Dari kelas 7, naik ke kelas 8, dan sampai dikelas 9 saya masih tetap merasakan kenyamanan tersebut. Dan akhirnya saya pun lulus dengan nilai yang cukup memuaskan. Orangtua saya pada saat itu menyuruh saya agar untuk melanjutkan sekolah dijakarta dengan alasan SMA Negeri dijakarta lebih banyak dibandingkan dengan depok, sehingga saya bisa dengan lebih mudah masuk ke SMA Negeri. Karena orangtua saya menginginkan saya bersekolah disekolah negeri bukan swasta. Saya dijakarta tinggal dirumah kakek saya agar lebih dekat jika saya sekolah dijakarta.
Akhirnya saya terdaftar  disalah satu SMA Negeri di jakarta pusat. Pulang pergi saya naik kereta. Hari pertama saya memakai putih abu-abu, saya terkejut ketika turun dari kereta dan stasiun ada anak stm yang meyerang sekolah saya. Disitu saya sangat terkejut dan tidak bisa membedakan mana yang anak stm dan sekolah saya, karena saya disitu murid baru sehingga tidak mengetahui yang mana teman saya. Dari situ saya sudah merasakan ketidaknyamanan bersekolah dijakarta. Selama 3 tahun saya merasakan ketidaknyamanan bersekolah dijakarta, pulang pergi selalu merasakan cemas. Sudah benar-benar hilang rasa nyaman yang dulu saya miliki ketika bersekolah di depok. Hampir setiap pagi ketika turun dari kereta selalu bentrok dengan amak stm, sepertinya  memang sudah dari dulu tawuran itu terjadi. Memang sekolahan saya satu stasiun dengan sekolah stm tersebut sehinnga sering terjadi tawuran.
 Setelah saya berada di kelas XI, sekolah saya melakukan pergantian kepala sekolah. Dan peraturan yang ditetapkan oleh kepala sekolah yang baru membuat bentrokan dimana yang tadinya hampir setiap pagi menjadi tidak bentrok lagi. Peraturan yang ditetapkan oleh kepala sekolah saya yaitu bahwa murid-murid SMA saya yang menggunakan kereta  harus/wajib naik kereta yang pertama atau yang kedua, karena anak stm tersebut naik kereta yang ketiga dan keempat sehingga sekolah saya tidak boleh naik kereta yang keiga dan keempat, agar mencegah terjadinya tawuran. namun tetap saja tawuran tersebut terulang kembali, sepertinya tawuran memang sudah menjadi budaya yang tidak bisa dihilangkan.
Saya sangat bingung kenapa dijakarta sering terjadi tawuran, padahal jakarta itu kota yang besar, ibu kota dari indonesia, tetapi sering terjadi tawuran yang merugikan banyak orang. Berbeda ketika saya masih bersekolah di kota depok. Itu pengalaman saya selama bersekolah dijakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar