Shoutussalam.com
- Daulah Islam Irak dan Syam (Selanjutnya disingkat dengan kependekan
versi bahasa Inggrisnya, ISIS) menjadi fenomena yang menarik di
pembukaan penanggalan masehi, tahun 2014. Ratusan pendatang yang
berkaitan dengan ISIS disikat habis, hingga menculik dan memperkosa
wanita-wanitanya.
Alasannya adalah ISIS sebagai salah satu elemen
perjuangan Suriah merupakan elemen yang dituding paling brutal. Dituduh
paling takfiri, ‘keblasuk’ pemahaman khawarij, mujrim, suka membunuh
sembarangan dan lain sebagainya. Hingga akhirnya insiden pembantaian
terhadap para muhajirin yang bergabung ke ISIS, yang dianggap sebagai
hukuman dari brigade-brigade lain, menjadi topik perhatian khusus.
Hingga
akhirnya beberapa media Islam di Indonesia mengangkat secara ramai
terhadap ISIS. Pembelaan ini sangat wajar. Sebab di mata media-media
ini, kejahatan brigade (yang banyak diidentifikasi sebagai kelompok
kriminal) yang menyerang ISIS ini sudah kelewatan. Secara khusus, mereka
hanya menargetkan muhajirin dan muhajirat yang bergabung. Mereka tidak
berani secara head to head ‘mengadili’ kombatan lokal ISIS.
Kemudian
muncullah sebuah masukan, bahwa lebih baik media-media Islam fokus
kembali ke perlawanan Syiah, dengan alasan kejadian semacam ini sudah
‘di-setting’. Entah si empunya masukan tidak paham, atau menganut paham
yang lain, masukan ini akhirnya membuahkan inspirasi bagi penulis
memberikan sedikit opininya untuk menunjukkan bahwa pembelaan kepada
ISIS (pembelaan yang bagi sebagian orang terlihat ‘lebay’), adalah
pembelaan yang sewajarnya.
http://shoutussalam.com/2014/01/isis-karya-politik-mujahidin/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar